Saturday, 19 May 2018

[Cerpen] - Ribuan Rintik Air Mata Untukmu

Ribuan Rintik Air Mata Untukmu
Karya : Cynthia Novelia


Sudah empat tahun lamanya aku memendam rasa padamu. Tidak sedikit pun terbesit rasa ingin mengalihkan perasaan ini pada jiwa yang lain. Begitu mendalam rasa kagumku hungga aku belajar segala hal tentang dirimu. Aku tahu kamu suka sekali sama rendang. Kamu tertawa jika melihat komedi – komedi berbau logika, dan kamu suka sekali dengan musik jazz serta klasik. Saking seringnya aku belajar tentang kamu, pada akhirnya aku harus... belajar untuk merelakan dirimu.

Sudah empat kali engkau patahkan hati ini. Melihatu tersenyum mesra sembari memandang dia sang pujaan hatimu adalah perih bagiku. Lalu kamu putus dengannya. Tak sampai satu semeter, kau menemukan kekasih hati yang baru. Begitulah seterusnya hingga wanita keempat ini adalah wanita yang paling lama engkau genggam dalam hati dan pikiranmu. Terlintas pertanyaan dalam benakku... adakah yang kelima ? Mungkinkah aku menjadi ‘dia’ yang kelima ? Tetapi aku sadar, sulit bagiku untuk menjadi deretan gadis – gadismu. Parasku tak sejelita paras mereka. Tubuhku tak seindah yang mereka miliki dan yang paling penting, aku tidak dapat menawan haitmu dari semua yang kumiliki.

Mungkin kau takkan mengerti tentang letih, sakit, dan depresi ketika menunggu. Ya, kamu dengan mudahnya memikat hati para wanita, tak terkecuali diriku. Aku juga terpikat padamu. Tentu saja menunggu sang putri tidak akan pernah ada dalam kamusmu. Silih berganti datang tanpa sepi mendekap. Sedangkan aku... Aku terlalu lama dalam penantian yang tiada jelas. Selama ini hanyalah kekosongan yang ada. Jiwaku terasa hampa akan cinta.

Lagi dan lagi aku terkesan terlalu mengemis alan cintamu. Sejuta bintang telah berkata kepadaku, desir pasir bibir pantai juga telah lama berbisik padaku, dan riuh gelombangnya selalu membelaiku dengan lembut dan mengajakku untuk melupakan dirimu. Tetapi, aku tidak bisa. Aku terjebak dalam nostalgia di antara kita berdua. Aku masih ingat ketika kau selalu menghubungiku. Ketika desah nafasmu terdengar jelas di kedua telinga ini, ketika hanya ada bayangku di kedua bola matamu yang indah dan ketika kita hanya berdua di taman tanpa ada sedikit pun yang mengusik momen tiu. Ah! Aku kesal pada diriku ! Mengapa aku tidak bisa melupakan itu semua ?Apa itu karena... kenangan termanis yang pernah kumiliki saat kau masih menjadi ‘milikku’ seorang walau tanpa status yang jelas ? Sejak kamu pindah, sejak itu pulalah kamu seakan amnesia akan kenangan – kenangan indah itu. Berlalulah..berlalulah...berlalulah...

Haruskah aku cukup tentang segalanya yang berhubungan denganmu ?

Haruskah aku menyudahinya ?

Haruskah aku melupakanmu ?

Sekali aku berkomiten, mungkin segala memori tentangmu tidak akan ada lagi dalam diri ini. Jikalau kamu kembali, aku... aku... aku sudah melupakan segalanya.

Tetapi, aku merasa itulah jalan yang harus kupilih. Kulihat dirimu kini berbahagia.Dari dahulu, hingga sekarang, dan tak akan pernah berubah, cinta itu adalah kebahagiaan. Cinta itu bukan ego dan cinta itu bukan ribuan rintik air mata. Cinta itu pengorbanan dan cinta itu... melihatmu tersenyum. Walau air mata yang menitik ini untuk dirimu, itu adalah air mata kebahagiaan. 

Doaku satu untuk dirmu, melihatmu bahagia walau tanpa aku di sisimu.

No comments:

Post a Comment