Saturday 25 August 2018

[Cerpen] - Terjebak dalam Rahasia

Terjebak dalam Rahasia
Karya : Cynthia Novelia

Temanku, Renata, selalu duduk di bangku pojok kiri belakang. Padahal, kelas kami tidak menerapkan siapa harus duduk di mana. Sudah satu semester terlewati, tetapi aku belum begitu mengenalnya. Maka dari itu, aku mencoba untuk mendekatinya dan keputusan ini menjadi awal dari perubahan hidupku menuju hitam.

" Hai Renata, lagi menggambar apa ? "

Dia diam. Sedikit pun tidak ia gerakkan kepalanya untuk mengarah ke diriku. Kulihat di mejanya sudah ada 10 lembar dengan gambar hitam putih. Seketika, Renata mengambil kertasnya dan memasukkannya ke dalam sebuah folder hitam. Melihat tingkahnya yang aneh, aku memilih untuk meghindar hari itu.

Keesokan harinya, kucoba lagi untuk mendekati dia. Reaksi yang sama masih ia berikan kepadaku. Hingga pada akhirnya, untuk yang ketiga kalinya ia baru menjawab, " Rahasia," saat kutanya ia sedang menggambar apa.

" Boleh lihat satu, nggak ? Penasaran nih "
" Apa sungguh ingin tahu ? Kamu bisa terjebak. "

Aku bingung. Karena aku terlalu penasaran, aku menarik selembar kertas yang sudah tergambar sebuah wajah. Wajah yang sungguh menyeramkan. Tanpa mata, gigi taring, dan penuh darah. Aku berteriak seketika. Kulihat wajah Renata menjadi panik seketika.

" Kamu... kamu sudah lihat gambarnya ? "
" SUDAH ! SERAM ! HIIIII "

Renata akhirnya menjelaskan bahwa siapa pun yang telah melihat wajah penunggu yang selalu bersamanya itu, ia juga akan bisa melihat sang penunggu secara langsung.

Tidak sampai tiga detik, terjawab sudah ketidakpercayaanku pada Renata. Aku bisa melihatnya

Sejak saat itu, tidak hanya Renata yang memiliki rahasia ini. Aku pun kini memiliki rahasia itu.

Saturday 18 August 2018

Saturday 4 August 2018

[Puisi] - Tega

Tega

Teganya engkau mencabik rasaku
Lupakah pada mawar merah saat fajar menyinsing ?
Tidak ingatkah pada hembusan nafas malam yang sendu ?
Bencikah kau pada gelombang malam ?
Di bibir pantai segala harapan ada
Kini hanyut terbawa gelombang

Hari ini
Mulau detik ini
Tidak akan lagi ada penantian, pengharapan, dan pengorbanan.
Untuk bintang malam yang mengusik tidurku.

Cynzgreen, 23 – 11 – 13